Lifestyle

Inilah 5 Perbedaan Arsitektur Tradisional dan Modern

Pada saat mengerjakan sebuah proyek pembangunan, selain memperkirakan perihal material, perekat bata ringan, atau layout bangunan, hal lain yang tidak kalah penting untuk Anda perhatikan adalah soal gaya arsitektur. Karena gaya ini akan mempengaruhi estetika bangunan secara keseluruhan.

Tradisional dan modern adalah dua gaya yang sering menjadi pilihan para arsitek ketika mendesain bangunan. Sebenarnya, apa perbedaan arsitektur tradisional dan modern itu?

5 Perbedaan Arsitektur Tradisional dan Modern

Berikut adalah beberapa aspek yang menjadi pembeda antara arsitektur modern dan tradisional:

1. Jenis Material

Dari segi material, arsitektur modern dan tradisional memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Bagi arsitektur modern, material yang umum dipilih adalah material yang inovatif, baru, dan lebih canggih. Misalnya perekat bata ringan yang digunakan, kaca laminasi, beton bertulang, Fiber-reinforced Polymers (FRP), dan lain sebagainya.

Ini berbeda dengan tradisional yang memakai material yang masih alami dan mudah untuk Anda akses. Seperti misalnya kayu, bambu, batu bata merah, dan lain sebagainya.

2. Segi Estetika

Bangunan dengan gaya tradisional akan cenderung memiliki nilai estetika yang mencerminkan budaya, dekat dengan alam, dan melibatkan kerajinan lokal sebagai unsur ornamennya.

Misalnya dengan menerapkan bentuk atap Joglo, desain gerbang ala Bali, dan sebagainya. Hal ini berbeda dengan desain modern yang menggunakan desain up to date atau terkini.

Selain itu, bangunan dengan tema modern kebanyakan mengedepankan unsur simplicity, elegan, dan warna-warna yang lebih netral. Kesan sederhana, tapi berkelas pun akan lebih menonjol pada bangunan bergaya modern.

3. Fungsi

Pada arsitektur bergaya modern, fungsi adalah segalanya dan lebih dari estetika. Desain memang penting, tetapi kedudukannya berada di bawah fungsi. Penekanannya lebih ke bagaimana suatu ruang bisa digunakan dengan maksimal dan efektif.

Sementara itu, pada arsitektur tradisional estetika masih menempati kedudukan yang lebih tinggi daripada fungsi. Ornamen atau hiasan bisa menjadi lebih dominan di suatu bangunan sehingga aspek fungsionalitasnya kurang.

4. Teknik Konstruksi

Perbedaan arsitektur tradisional dan modern selanjutnya terletak pada teknik konstruksinya. Arsitektur tradisional masih menggunakan pengetahuan turun-temurun dan menggunakan material lebih mudah ditemukan.

Teknik-teknik pembangunan juga merupakan hasil dari pengembangan dan pengerjaan dari praktek lapangan bertahun-tahun. Selain itu, seringkali proses pembangunan melibatkan banyak orang atau komunitas secara gotong royong.

Hal ini berbeda dengan arsitektur modern yang mengandalkan teknik konstruksi modern dan lebih canggih. Teknik membangun menggunakan inovasi teknologi dan penemuan terbaru sehingga lebih praktis, mudah, dan efisien. Contohnya jika teknik tradisional masih menggunakan semen biasa, pada teknik modern akan menggunakan perekat baja ringan atau mortar instan.

5. Pencahayaan

Terakhir dari segi pencahayaan. Pada arsitektur tradisional, pencahayaan mayoritas masih mengandalkan lampu-lampu agar cahayanya maksimal. Ventilasi dan sirkulasi udara memang ada, tapi tidak semaksimal pada arsitektur modern.

Sementara itu, arsitektur modern akan memanfaatkan layout yang bisa memaksimalkan ventilasi dan sirkulasi udara. Alhasil, pencahayaan alami menjadi lebih mudah untuk masuk ke rumah.

Nah, itu tadi perbedaan gaya arsitektur modern dan tradisional yang mungkin bisa menjadi inspirasi Anda yang sedang ingin membangun rumah. Apapun arsitektur yang Anda pilih, pastikan memakai bahan bangunan berkualitas dari SCG, ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *